Jumat, 09 November 2012
KARYA SASTRA
Karya Sastra Bentuk Prosa
Karangan prosa ialah karangan yang bersifat
menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa
dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya
sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra. Yang
bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan karya
sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam
kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra
baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya
sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S.
Badudu adalah:
Prosa lama:
1.
Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan
masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2.
Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana,
keluarga raja, bersifat feodal).
3.
Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng.
Pembaca dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4.
Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5.
Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6.
Milik bersama
Prosa Baru:
1.
Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai
dengan perkembangan masyarakat)
2.
Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari
kehidupan masyarakat sehari-hari)
3.
Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di
dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4.
Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5.
Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan
jelas
6.
Tertulis
1. Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat
pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan
kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa
daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya
yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya sastra prosa lama yang
mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya
bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk
ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan
mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan
sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a.
Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur
ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b.
Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya
suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c.
Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah
binatang. Contoh: Kancil
d.
Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya
berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh:
Hikayat Hang Tuah.
e.
Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh:
Cerita Pak Belalang.
f.
Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat
cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam
2. Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah
mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh
Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai
Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat
digolongkan menjadi:
a. Roman adalah cerita
yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek
kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang,
banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh
segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir
Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang
Tak Kunjung Padam
b.
Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi
pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga
pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal
dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau
Ki hajar Dewantara.
c.
Otobiografi adalah karya yang berisi daftar
riwayat diri sendiri.
d.
Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa
orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
e.
Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita
rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti
cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M.
Rajab.
f.
Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa
kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya
dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah
karangan Idrus.
g.
Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut
karangan YB. Mangunwijaya.
h.
Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan
baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan
bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
i.
Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya
(buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui
karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll,
sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya
tersebut dibaca atau dinikmati.
j. Esei adalah
ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi
penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat
subjektif atau sangat pribadi.
A. Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima,
ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur
intrinsik puisi adalah
a. tema adalah
tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa
yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah
persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah
perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama
adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah
kata/suku tiap baris
f.
majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun
maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah
perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah
pilihan kata/ungkapan
i.
tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan
puisi baru.
a. puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi
rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat
mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat
oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah
ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah
puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri
dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak,
muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah
pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adlah
pantun berkait
5. gurindam adalah
puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi
yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah
pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
b. puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik
dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan
atas
1. balada adalah
puisi berisi kisah/cerita
2. himne adAlah puisi
pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi
sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi
yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik
Membaca Puisi
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
membaca puisi antara lain:
1. jenis acara:
pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.,
2. pencarian jenis
puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan,
perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan,
dll.,
3. pemahaman puisi
yang utuh,
4. pemilihan
bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan teaterikal
5.
tempat acara: indoor atau outdoor,
6.
audien,
7.
kualitas komunikasi,
8.
totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik)
9.
kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada,
tekanan tempo)
10. kesesuaian gerak,
11. jika menggunakan bentuk dan gaya
teaterikal, maka harus memperhatikan:
a)
pemilihan kostum yang tepat,
b)
penggunaan properti yang efektif dan efisien,
c)
setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,
d)
musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi
B. Drama/Film
Drama atau film merupakan karya yang
terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa
naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya
terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik,
dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung,
aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan
akting (peragaan gerak para pemain).
C. Periodisasi Sastra
Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembabakan
waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu.
Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan
periode yang lain.
1. Zaman Sastra
Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair,
pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.
2. Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.
Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana
danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata,
misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api,
Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak
hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa
Melayu yang kearab-araban.
3. Zaman Sastra
Indonesia
a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang
konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin
paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa
Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari
Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena
Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan
Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul
Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk)
b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah 1) bahasa yang dipakai adalah bahasa
Indonesia modern, 2) temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi
mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum
intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan
keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu
puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat terasa sekali,
terutama dari Angkatan ’80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik
idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang,
roman Dian Tak Kunjung Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah
Rindu, Setanggi Timur), Armin Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia
Baru), M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari),
Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapa
nVan Der Wijck).
c.Angkatan ’45
Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih
bebas, prosanya bercorak realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan
setting yang menonjol adalah revolusi, lebih mementingkan isi daripada
keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu,
kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat
Kartamiharja (novel Atheis), Idrus (novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis
(kumpulan drama Sedih dan Gembira), Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga
Gerilya), Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
d. Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes
sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.
Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk
Bnie, kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan
puisi Tirani, kumpulan puisi Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal),
A.A. Navis (novel Kemarau), Toha Mohtar (novel Pulang), Mangunwijaya (novel
Burung-burung Manyar), Iwan Simatupang (novel Ziarah), Mochtar Lubis (novel
Harimau-Harimau), Mariannge Katoppo (novel Raumannen).
D. Identifikasi
Moral, Estetika, Sosial, Budaya Karya Sastra
1. Identifikasi Moral
Sebuah karya umumnya membawa pesan
moral. Pesan moral dapat disampaikan oleh pengarang secara langsung maupun
tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari perilaku
tokoh-tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.
2. Identifikasi
Estetika atau Nilai Keindahan
Sebuah karya sastra mempunyai
aspek-aspek keindahan yang melekat pada karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya:
dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen
dapat diamati pilihan gaya bahasanya.
3. Identifikasi
Sosial Budaya
Suatu
karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Hal
ini berkaitan dengan warna daerah.
Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya
dengan yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:
Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan.
Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera
Barat.
Label: bahasa indonesia
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar